Artikel dan Berita

Isra’ Mi’raj

Isra’ Mi’raj dan Pelajaran Penting dalam Hidup

Category: Info Sehat Comments: 0

Isra’ dan Mi’raj adalah peristiwa agung, yaitu Allah Subhanahu Wa Taala (SWT) memberikan keistimewaan pada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) untuk melakukan perjalanan mulia bersama malaikat Jibril mulai dari Masjidil Haram Makkah menuju Masjidil Aqsha Palestina. Kemudian dilanjutkan dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah SWT sang pencipta alam semesta.

Penegasan ini sebagaimana firman Allah dalam surat Isra’ ayat 1:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Imam Bukhari mengisahkan perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dalam Shahih Bukhari, juz 5 halaman 52. Intisarinya adalah: Suatu ketika Nabi berada di dalam suatu kamar dalam keadaan tidur, kemudian datang malaikat mengeluarkan hati Nabi dan menyucinya, kemudian memberikannya emas yang dipenuhi dengan iman. Kemudian hati Nabi dikembalikan sebagaimana semula.

Setelah itu Nabi melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj dengan mengendarai buraq dengan diantar oleh Malaikat Jibril hingga langit dunia, kemudian terdapat pertanyaan: Siapa ini? Jibril menjawab: Jibril. Siapa yang bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad. Selamat datang, sungguh sebaik-baiknya orang yang berkunjung adalah engkau, wahai Nabi.

Di langit dunia ini, Nabi bertemu dengan Nabi Adam Alaihis Salam (AS), Jibril menunjukkan bahwa Nabi Adam adalah bapak dari para nabi. Jibril memohon kepada Nabi Muhammad untuk mengucapkan salam kepada Nabi Adam, Nabi Muhammad mengucapkan salam kepada Nabi Adam, berikutnya Nabi Adam juga membalas salam kepada Nabi Muhammad.

Perjalanan dilanjutkan menuju langit kedua, di sini Nabi bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa. Di langit ketiga, Nabi Muhammad bertemu Nabi Yusuf, di langit keempat dengan Nabi Idris, di langit kelima bertemu Nabi Harun, di langit keenam dengan Nabi Musa. Nabi Musa menangis karena Nabi Muhammad memiliki umat yang paling banyak masuk surga, melampaui dari umat Nabi Musa sendiri. Dan terakhir di langit ketujuh, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Ibrahim.

Setelah itu, Nabi Muhammad menuju Sidratul Muntaha, tempat Nabi bermunajat dan berdoa kepada Allah. Kemudian Nabi naik menuju Baitul Makmur, yaitu baitullah di langit ketujuh yang arahnya lurus dengan Ka’bah di bumi, setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat masuk untuk berthawaf di dalamnya. Selanjutnya Nabi disuguhi dengan arak, susu, dan madu. Nabi kemudian mengambil susu, Jibril mengatakan: Susu adalah lambang dari kemurnian dan fitrah yang menjadi ciri khas Nabi Muhammad dan umatnya.

Di Baitul Makmur, Nabi Muhammad bertemu dengan Allah SWT dan mewajibkan melaksanakan shalat fardhu sebanyak lima puluh rakaat setiap hari. Nabi menerima dan dalam perjalanan bertemu Nabi Musa. Ia mengingatkan bahwa umat Nabi Muhammad tidak akan mampu dengan perintah shalat lima puluh kali sehari, Nabi Musa mengatakan: Umatku telah membuktikannya. Lalu meminta kepada Nabi Muhammad untuk kembali kepada Allah SWT, mohonlah keringanan untuk umatnya. Kemudian Nabi menghadap kepada Allah dan diringankan menjadi shalat sepuluh kali.

Kemudian Nabi Muhammad kembali , dan Nabi Musa mengingatkan sebagaimana yang pertama. Kembali Nabi menghadap Allah hingga dua kali, dan akhirnya Allah mewajibkan shalat lima waktu. Nabi Musa tetap mengatakan bahwa umat Muhammad tidak akan kuat. Nabi Muhammad menjawab: Saya malu untuk kembali menghadap pada Allah dan ridha serta pasrah kepada Allah.

Imam Ibnu Katsir dalam kitab Bidayah wa Nihayah, Sirah Nabawiyah, juz 2 halaman 94 menceritakan, keesokan harinya Nabi menyampaikan peristiwa tentang Isra’ Mi’raj terhadap kaum Quraisy. Mayoritas mereka ingkar terhadap kisah yang disampaikan Nabi Muhammad, bahkan sebagian kaum muslimin ada yang kembali murtad karena tidak percaya terhadap kisah yang disampaikan Nabi.

Melihat hal tersebut, Abu Bakar bergegas untuk membenarkan kisah Isra’ Mi’raj Nabi: Sungguh aku percaya terhadap berita dari langit, apakah yang hanya tentang berita Baitul Maqdis aku tidak percaya? Sejak saat itu sahabat Abu Bakar dijuluki dengan sebutan Abu Bakar as-Shiddiq, Abu Bakar yang sangat jujur.

Pelajaran Penting

Ali Muhammad Shalabi dalam Sirah Nabawiyah: ‘Irdlu Waqâi’ wa Tahlîl Ihdats, juz 1 halaman 209 menjelaskan setidaknya ada makna penting dari peristiwa ini.

1. Kemuliaan dan Keistimewaan Nabi Muhammad

Nabi Muhammad SAW baru saja mengalami hal yang amat menyedihkan, yaitu wafatnya Sayyidah Khodijah sebagai istri tercinta, yang selalu mengorbankan jiwa, tenaga, pikiran, dan hartanya demi perjuangan Nabi. Juga wafatnya sang paman, Abu Thalib yang selalu melindungi Nabi dari kekejaman kaum Quraisy. Allah ingin menguatkan hati Nabi dengan melihat secara langsung kebesaran Allah SWT. Sehingga hati Nabi semakin mantap dan teguh dalam menyebarkan agama Islam.

Ini memberikan pelajaran, bahwa siapa pun yang berjuang di jalan Allah, dan menegakkan agama, seperti dengan memakmurkan masjid, memakmurkan majlis ilmu, dzikir dan tahlil, Allah akan memberikan kebahagiaan dan keistimewaan.

2. Kewajiban Shalat Lima Waktu

Musthofa As Siba’i dalam kitab Sirah Nabawiyah, Durus wa Ibar, jilid 1 halaman 54 menjelaskan bahwa jika Nabi melakukan Isra’ Mi’raj dengan ruh dan jasadnya sebagai mukjizat. Karenanya, sebuah keharusan bagi tiap muslim menghadap (mi’raj) kepada Allah SWT lima kali sehari dengan jiwa dan hati yang khusyu’.

Dengan shalat yang khusyu’, seseorang akan merasa diawasi oleh Allah SWT, sehingga malu untuk menuruti syahwat dan hawa nafsu, berkata kotor, mencaci orang lain, berbuat bohong. Justru sebaliknya lebih senang dan mudah untuk melakukan banyak kebaikan. Hal tersebut demi mengagungkan keesaan dan kebesaran Allah, sehingga dapat menjadi makhluk terbaik di bumi.

3. Perjalanan Pertama Luar Angkasa

Dalam sejarah, perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha hingga Sidratul Muntaha adalah perjalanan pertama manusia di dunia menuju luar angkasa, dan kembali menuju bumi dengan selamat. Jika hal ini telah terjadi di zaman Nabi, 1400 tahun yang lalu, hal tersebut memberikan pelajaran bagi umat Islam agar mandiri, belajar, bangkit dan meningkatkan kemampuan, tidak hanya dalam masalah agama, sosial, politik, dan ekonomi, namun juga harus melek terhadap sains dan teknologi. Perjalanan menuju ke luar angkasa adalah sains dan teknologi tingkat tinggi yang menjadi salah satu tolak ukur kemajuan sebuah umat dan bangsa.

4. Membela Perjuangan Agama

Pada Isra’ Mi’raj ada penyebutan dua masjid, yaitu Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Hal tersebut memberikan pelajaran bahwa Masjidil Aqsha adalah bagian dari tempat suci umat Islam. Membela masjid tersebut dan sekelilingnya sama saja dengan membela agama Islam. Wajib bagi tiap muslim sesuai dengan kemampuan masing-masing untuk selalu berjuang dan berkorban untuk kemerdekaan dan keselamatan Masjidil Aqhsa Palestina. Baik dengan diplomasi politik, bantuan sandang pangan, maupun dengan harta.

Referensi : https://jatim.nu.or.id/keislaman/isra-mi-raj-dan-pelajaran-penting-dalam-hidup-eK3qr

5/5 - (6 votes)

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *